John Macdougall Seorang insinyur mendemonstrasikan alat pembaca pikiran dalam pameran teknologi CeBIT di Hanover, Jerman tahun 2008.
CALIFORNIA, TI - Ilmuwan asal Amerika Serikat berhasil mengembangkan cara untuk membaca pikiran orang. Ke depan, kemampuan membaca pikiran mungkin tak akan jadi istimewa.
Apa yang dilakukan ilmuwan itu sejatinya adalah merekonstruksi kata-kata berdasarkan gelombang di otak seorang pasien yang sedang berpikir tentang kata-kata yang dimaksud.
Untuk melakukannya, ilmuwan menggunakan teknik yang mengandalkan pada pengumpulan sinyal elektrik secara langsung dari otak pasien. Berdasarkan sinyal tersebut, ilmuwan menggunakan model komputer untuk merekonstruksi kata-kata yang sedang dipikirkan oleh sang pasien.
Studi dilakukan dengan mengimplantasi elektroda pada otak pasien. Pasien diminta mendengarkan percakapan, sementara ilmuwan menganalisis frekuensi suara untuk menentukan apa yang dipikirkan pasien.
"Kami fokus pada cara otak mengolah suara percakapan," kata Brian Pasley, peneliti dari Institut Neurosains Helen Wills di Universitas California, Berkeley, California.
"Sebagian besar informasi dalam percakapan berfrekuensi antara 1-8000 Hertz. Intinya, otak mengolah suara dengan frekuensi beda itu di lokasi otak yang berbeda," tambah Pasley.
Dengan mendeteksi bagaimana dan dimana otak "menaruh: suara itu di lobus temporal (bagian otak yang bertugas pada pendengaran), ilmuwan bisa mengetahui kata yang didengar.
"Ketika area otak tertentu diaktivasi, kita mengetahui hal itu terkait dengan suara dengan frekuensi tertentu yang didengarkan," ungkap Pasley seperti dikutip AFP, Rabu (1/2/2012). "Jadi kita bisa memetakannya dan menggunakan aktivitas otak itu untuk meresintesis suara frekuensi tertentu yang sedang kita tebak," papar Pasley.
Yang kemudian dipetakan ilmuwan adalah struktur. Suara "S" yang berfrekuensi tinggi muncul di area tertentu otak. Sementara suara "U" muncul di bagian otak lain.
Untuk melakukan penelitian ini, ilmuwan mengajak 15 pasien yang akan menjalani bedah tumor dan epilepsi untuk menjadi sukarelawan.
Studi ini sendiri baru pertama kali pada manusia. Sebelumnya, studi pernah dilakukan pada musang untuk melihat suara yang didengarkan oleh hewan tersebut.
Penelitian nantinya akan dilanjutkan untuk mengetahui apakah proses mendengarkan kata-kata sama dengan proses mengimajinasikan suara atau kata-kata.
Informasi yang didapatkan pada penelitian ini dan lanjutannya bisa sangat bermanfaat untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan orang yang memiliki kesulitan berbicara.
Mindy McCumber dari Rumah Sakit Florida di Orlando, seperti dikutip BBC, Rabu, mengatakan, "Sebagai seorang terapis, saya bisa melihat implikasi potensial pada restorasi komunikasi untuk beragam penyakit."
"Ini berdampak besar bagi pasien yang memiliki kerusakan biologis dalam mekanisme berbicara karena stroke, penyakit Lou Gehrig dan tak bisa berbicara," tambah Robert Knight, professor psikologi dan neurosains dari Universitas California Berkeley.
Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal PLoS Biology Januari 2012.
0 komentar:
Posting Komentar